Rabu, 05 Agustus 2020

Multimedia Pembelajaran Interaktif Menggunakan Articulate Storyline 3 (AS3)

Sejarah Puja Dalam Agama Buddha (Kelas 8)

Puja pada zaman Buddha memiliki arti yang berbeda, yaitu menghormat. Pada masa Buddha, terdapat suatu kebiasaan yang dilakukan oleh para bhikkhu yang disebut vattha. Vattha artinya merawat guru Buddha, yaitu dengan membersihkan ruangan, mengisi air, dan lain-lain. Setelah selesai melaksanakan kewajiban itu, para bhikkhu dan umat duduk untuk mendengarkan khotbah dari Buddha. Setelah selesai mendengarkan khotbah, para bhikkhu mengingatnya atau menghafal agar ke mana pun mereka pergi, ajaran Buddha dapat diingat dan dilaksanakannya. Pada hari bulan gelap dan terang purnama, para bhikkhu berkumpul untuk mendengarkan peraturan-peraturan atau patimokkha yang harus dilatih. Patimokkha yang didengar oleh para bhikkhu adalah diucapkan oleh seorang bhikkhu yang telah menghafalnya. Sebelum atau sesudah pengucapan patimokkha bagi para bhikkhu, umat juga berkumpul untuk mendengarkan khotbah. Umat tidak hanya berkumpul dua kali, tetapi di pertengahan antara bulan gelap dan bulan terang, mereka juga berkumpul di vihara untuk mendengarkan khotbah. Namun, bila Buddha ada di vihara, umat datang untuk mendengarkan khotbah setiap hari. Para umat biasanya juga melakukan penghormatan puja kepada Buddha dengan mempersembahkan bunga, lilin, dupa, dan lain-lain. Namun, Buddha sendiri berkata bahwa melaksanakan Dharma yang telah Beliau ajarkan merupakan bentuk penghormatan yang paling tinggi. Oleh karena itu, Buddha mencegah bentuk penghormatan yang berlebihan terhadap diri pribadi Beliau.

Media Pembelajaran Interaktif tentang Sejarah Puja dalam Agama Buddha

Untuk lebih jelasnya bisa belajar melalui TOMBOL berikut:



Kelompok Umat Buddha (Kelas 7)

Ada dua  cara dalam menjalani kehidupan menurut umat Buddha. Pertama menjalani hidup sebagai Pabbajita atau sebagai Bhikkhu dan menjalani hidup sebagai Gharavasa atau perumah tangga. Meski cara hidup kebhikkhuan dikatakan sebagai menjalani cara hidup suci, namun cara hidup Gharavasa yang dapat mencapai berbagai macam jenis kebahagiaan, juga tidak tertutup sama sekali bagi pencapaian spiritual.

Dari sudut pandang kelembagaan, masyarakat Buddhis terdiri atas dua kelompok (parisa) yang dijelaskan dalam Anguttara Nikaya III, 178, yaitu: 

1. Kelompok masyarakat keviharaan yang dinamakan Pabbajjita (Bhikkhu-Bhikkhuni Parisa) 

2. Kelompok masyarakat awam yang dinamakan Gharavasa (Upasaka-Upasika Parisa)

Media Pembelajaran Interaktif tentang Kelompok Umat Buddha

Lebih jelasnya bisa pelajari media pembelajaran interaktif melalui TOMBOL berikut:



Selamat belajar dan semoga bermanfaat.


#ArticulateStoryline

#MediaPembelajaranInteraktif

#MerdekaBelajar

#RumahBelajar

#Pembatik2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar